Bandar Bola Online – Sepenggal Cerita Mengenai Kehidupan Malam Di Jakarta. Dimana Jakarta adalah Ibu Kota yang tidak pernah berhenti beraktifitas secara nonstop untuk 24 jam full. Oleh karenanya hal tersebut dimanfaatkan oleh sejumlah penduduk untuk beraktifitas mencari nafkah, biasanya di kisaran tempat-tempat hiburan seperti Diskotik.
Ditempat tersebut para pencari rejeki tidak hanya Karyawan yang bekerja di tempat hiburan (Diskotik) tersebut saja. Akan tetapi juga para penduduk (warga) yang berada di seputaran lokasi Diskotik tersebut berdiri. Hal ini dimulai ketika para Clubbers datang berkunjung, dari situlah roda perekonomian berputar. Mulai dari Tukang Parkir, Pedagang Kaki Lima, sampai dengan mereka yang berprofesi sebagai tukang minta-minta atau pengemis langsung bisa mencari nafkah.
Mahalnya biaya untuk hidup (Sandang dan Pangan) menjadikan sejumlah tempat hiburan di Jakarta sebagai salah satu harapan untuk bisa mendapatkan rejeki. Dari sekian banyak profesi yang bisa di jalani dengan adanya aktifitas hiburan malam tersebut ada satu profesi pekerjaan yang sangat tergantung dari sini yaitu para Pekerja Seks Komersil.
Para Pekerja Seks Komersil bisa di ibaratkan hewan Kelelawar. Siang mereka akan beristirahat, dan pada malam hari mereka akan bekerja hingga pagi hari. Seperti yang terjadi di sebuah diskotik di kawasan Hayam Wuruk Jakarta Pusat. Puluhan Wanita yang masih berusia relatif muda dengan dandanan Menor disertai dengan penggunaan pakaian yang sangat ketat dan seksi. Mereka hilir mudik di setiap tempat hiburan seperti Diskotik yang tidak akan pernah sepi dari penggunjung.
Para Pekerja Seks Komersil saling berlomba untuk menarik perhatian dari setiap tamu yang datang berkunjung ke Diskotik dengan tujuan ingin bersenang-senang. Yang mana mereka nantinya akan menawarkan diri untuk melakukan kencan, mulai dari Short Time ataupun Long Time. Berbagai cara sudah pasti akan mereka lakukan agar bisa menyenangkan tamu yang mereka temani. Mulai dari meminum minuman berkadar Alkohol yang sangat tinggi hingga menenggak Inex atau Ekstasi.
“Sebut saja Mawar, dirinya mengatakan bahwa efek dari obat-obatan yang mereka konsumsi sangatlah buruk. Kalau pakai Inex efeknya adalah susah tidur, Mata bawaannya mau melotot terus, ujung-ujungnya badan lemes, sengsara deh pokoknya papar Mawar. Ini mau gak mau kita lakukan, apalagi kalau tamu yang nawarin kekita. Kan tidak mungkin kita tolak, secara sudah kewajiban kita membuat mereka senang dan dari sana kita dapat uang, lanjutnya.”
Awalnya Mawar yang berasal dari Indramayu datang ke Jakarta bersama dengan dua temannya untuk mengadu nasib. Mereka berniat mencari lowongan pekerjaan agar bisa mendapatkan penghasilan. Karena tidak kunjung juga mendapatkan pekerjaan yang di inginkan, tibalah seorang teman jauh menawarkan pekerjaan sebagai Hostes di sebuah Diskotik. Yang mana menemani para tamu untuk berdisko ria sampai dengan melakukan kencan Short Time.
“Saya lebih baik menjalani pekerjaan ini, dari pada saya menjadi pengemis kata Mawar. Dari sini selain saya bisa menghidupi diri saya, saya juga bisa membantu meringankan beban kedua orang tua saya di Indramayu. Mereka sudah tidak bekerja lagim sehingga sudah tidak ada penghasilan, dan saya adalah satu-satunya harapan mereka lanjut Mawar.”
Dunia hiburan memberikan kesempatan kepada Mawar untuk mendapatkan banyak uang. Dirinya lebih memilih untuk menjadi Pekerja Seks Komersil daripada bekerja di Diskotik sebagai Karyawan. Pasalnya penghasilan yang di dapatkannya jauh lebih besar setiap bulannya.
Pengakuan juga datang dari sebut saja Melati. Melati juga merupakan salah satu Pekerja Seks Komersil. Dirinya mengaku, dengan pekerjaannya tersebut dia berhasil menyekolahkan kedua adiknya yang hingga SMP dan SMA. Wanita berusia 20 tahun tersebut juga mengatakan ingin menyekolahkan adik-adiknya hingga perguruan tinggi.
“Tidak apa-apa saya berkorban, yang penting masa depan kedua adik saya cerah papar Melati. Melati yang bertempat tinggal di bilangan Mangga Besar mengatakan awal dia bisa bekerja di bidang ini dikarenakan faktor ekonomi. Dikarenakan tidak mau terus menerus mengalami hal tersebut, dan demi menolong perekonomian keluarganya. Dia memilih untuk melayani para lelaki hidung belang agar bisa bertahan hidup dan memperbaiki perekonomian keluarganya.”
Selain Pekerja Seks Komersil, profesi lainnya yang juga dilakoni para Wanita untuk mencari nafkah terkait Kehidupan Malam adalah menjadi Penari Erotis di sejumlah Diskotik. Sebut saja Indah, seorang gadis yang bekerja sebagai penari Erotis pada sebuah Diskotik daerah Hayam Wuruk. Dirinya mengaku bisa mendapatkan pemasukan mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya dengan sekali tampil saja.
Pendapatan tersebut diperolehnya tidak hanya dari Manajemen klub di tempatnya bekerja. Akan tetapi juga didapatkan dari para tamu yang datang dan menyaksikan dirinya tampil. Para tamu memberikan tips untuk dirinya, akan tetapi dirinya harus rela untuk di sentuh atau di gerayangi oleh para tamu tersebut.
Indah memang berkerja dalam dunia hiburan malam yang mana notabene sudah identik dengan yang namanya Narkoba. Akan tetapi dirinya mengaku sudah jarang untuk menggunakan barang haram tersebut.
“Abis pakai Pil Ekstasi atau Inex menjadikan wajah kita kusut serta pucat. Apabila ini terjadi maka bisa menimbulkan kecurigaan dari keluarga. Dari situ saya gak mau pake lagi biarkata gratisan papar Indah.”
Bisa dikatakan masih banyak lagi perempuan muda yang memiliki nasib seperti Mawar, Melati, dam Indah. Setiap malamnya mereka harus menghadapi para lelaki hidung belang yang dengan sesukanya serta nafsu menggerayangi tubuh mereka. Itulah pengorbanan yang harus mereka lakukan demi sesuap nasi, dan masih tidak bisa dipastikan harus sampai kapan mereka akan terus seperti ini.
Para Pekerja Seks Komersil tersebut sebagian besar biasanya terlahir dari keluarga yang terjerat dalam masalah kemiskinan. Dimana mereka susah untuk mencari pekerjaan di ibukota metropolitan yang kejam apabila tidak memiliki ketrampilan.
Di antara mereka bertiga juga pernah yang namanya mencoba Ekstasi atau Inex dan sempat kecanduan. Akan tetapi ada juga yang tidak mau mencobanya, karena sudah mengetahui dampak buruk bagi tubuh. Namun siapa yang bisa menjamin apakah mereka mampu untuk terus bertahan dari godaan dunia malam yang memberikan dan menawarkan kesenangan dan kegembiraan.
“Apabila orang tua saya sanggup membiayai sekolah saya, mungkin jalan hidup saya tidak akan seperti ini. Mana ada wanita yang mau hidup seperti ini,” papar Indah yang mengaku sempat merasakan kuliah hanya sampai semester dua tersebut.”